Tuesday, August 12, 2008

Contoh Proposal PTK

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BANGUN RUANG

Oleh:

Fefi Yulita

NIM. 01767006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA

2008

A. JUDUL PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BANGUN RUANG

B. BIDANG KAJIAN

Strategi pembelajaran siswa di sekolah

C. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mencari informasi tentang kondisi mana yang dapat meningkatkan pembelajara di sekolah dasar.

Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini terbukti bila diadakan ulangan harian per pokok bahasan selalu hasil belajar matematika di bawah rata-rata mata pelajaran lainnya. Hasil belajar matematika siswa lebih rendah lagi pada pokok bahasan luas permukaan bangun ruang. Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh sisi-sisi bangun ruang. Materi ini merupakan materi yang sulit bagi siswa.

Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam materi luas permukaan bangun ruang adalah:

a. Materi luas permukaan bangun ruang bersifat abstrak. Siswa sukar membedakan antara sisi pada bangun datar dengan sisi pada bangun ruang.

b. Tidak mantapnya konsep tentang luas bangun datar.

c. Penggunaan media yang kurang tepat atau tidak menggunakan media sama sekali yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Padahal media amat penting dalam pembelajaran matematika. Higgis dalam Ruseffendi (1993: 144) mengatakan bahwa keberhasilan 60 % lawan 10 % bila menggunakan media dibandingkan dengan tidak menggunakan media.

Untuk mengatasi permasalaha di atas, langkah yang perlu dilaksanakan adalah dengan menggunakan media. Media tersebut bernama media bangun ruang yang dapat membelajarkan siswa secara optimal.

Penggunaan media dapat dimanipulasikan, media merupakan lingkungan belajar yang sangat menunjang untuk tercapainya optimalisasi dalam pembelajaran, karena media merupakan jembatan belajar yang awalnya terdapat benda-benda konkret seperti pengalaman anak. Pada jembatan selanjutnya terdapat semi konkret seperti benda-benda tiruan. Berikutnya lagi terdapat semi abstrak berupa gambar-gambar, dan selanjutnya terdapat abstrak berupa kata-kata.

Melalui media bangun ruang materi yang bersifat abstrak dapat menjadi konkret. Siswa akan mengetahui dan melihat komponen – komponen bangun ruang Dengan perantara media inilah siswa dapat membedakan antara sisi pada bangun datar dan sisi pada bangun ruang. Selain itu dengan media siswa dapat melihat secara langsung bentuk bentuk sisi dan sekaligus mengingat kembali tentang luas luas bangun datar .

Selanjutnya Rahmanelli (2005:237) menyatakn apabila anak terlibat dan mengalami sendiri serta ikut serta dalam proses pembelajaran maka hasil belajar siswa akan lebih baik , disamping itu pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan siswa.

D. PERMASALAHAN

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka perumusan masalah yang akan dikemukakan a

dalah : Bagaimana hasil belajar siswa SD kelas VI setelah setelah menggunakan media ba

ngun ruang ?

2. Pemecahan masalah

Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dapat digunakan media sehingga anak terlibat secara langsung dan pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan anak.

E. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Agar dapat mengkongkritkan pembelajaran dan dapat melibat siswa dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa

Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajarnya juaga meningkat

2. Bagi Guru

Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajarandan dapat menoptimalkan penggunaan media dalam pembalajaran metematika.

3. Bagi Sekolah

Meningkatkan hasil belajar matematika akan meningkatkan juga citra sekolah di mata masyarakat.

4. Bagi penulis

Pengalaman yang berharga untuk melaksankan tugas di masa yang akan datang

G. KAJIAN TEORI PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat ( dalam Zainal Abidin. 2004:1 ) mengatakan bahwa hasil belajar adalah “ Penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Nana Sujana ( 1989:9 ) belajar didefinisikan sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan – wawasan baru atau merubah sesuatu yang lama.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Nasrun Harahab ( dalam Zainal Abidin. 2004:2 ) yaitu :

“ a. Hasil belajar berperann memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu. b. Untuk mengetahui keberhasilan komponen – komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan. c. hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya. d. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran. e. Untuk keperluan supervise bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten. f. Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran “.

B. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan, besaran dan konsep–konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. James & James ( dalam Ruseffendi. 27:1993 ) menyatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantu masalah social, ekonomi dan alam.

C. Pengertiam Media

Di dalam pengajaran dikenal beberapa istilah seperi peragaan atau keperagaan. Tetapi dewasa ini istilah keperagaan ini telah mulai dipopulerkan dengan istilah media. Kata media berasal dari bahasa latin dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan.

Arif. S. Sadiman ( 6:1999 ) yang mengutip pendapat Gagne menyebut media “ berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. National Education Association ( NEA ) dalam abdul halim ( 11:2002 ) mendefinisikan media sebagai “ benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar “. Senada dengan itu Ruseffendi ( 141:1993 ) menyatakan bahwa :

“ Media merupakan alat bantu untuk mempermudah siswa memahami konsep matematika. Alat bantu itu dapat berwujud benda kongkrit, seperti : batu-batuan, dan kacang-kacangan. Untuk menerapkan konsep bilangan, kubus ( bendanya ) untuk memperjelas konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar dan wujud dari kubus itu sendiri, serta benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep bangun datar dan bangun ruang “.

Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaan yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, diharapkan hasil siswa belajar dapat ditingkatkan setelah menggunakan media.

1. Jenis-jenis Media

Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar meliputu berbagai macam bentuk. Adapun jenis-jenis dari media adalah sebagai berikut :

(a) benda asli yang berada dilingkungan siswa. (b) papan planel. (c) lambing bilangan. (d) dekak-dekak. (e) model bangun datar. (f) papan berpaku. (g) model bangun ruang. Menurut Wina Sanjaya ( 2006:171) media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.

Agar penulisan laporan ini lebih terarah nantinya maka penulis akan membatasi tentang jenis media bangun ruang.

2. Pengertian Media Bangun Ruang

Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki rusuk, sisi dan titik sudut. Media bangun ruang menyerupai kotak, dengan bentuk massif, berongga, dan kerangka. Bentuk–bentuk bangun ruang sudah dikenal siswa dikelas V adalah kubus, balok, tabung, prisma, kerucut, limas, dan bola. Bentuk-bentuk tersebut akan dipelajari kembali di kelas VI dengan pembahasannya dititik beratkan pada penentuan luas pemukaan bangun ruang, seperti : kubus, balok dan tabung.

Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan pengertian bnagun ruan satu persatu

Sartono Wirodikromo (2:2003) mendefinisikan kubus, balok, dan tabung sebagai berikut : “ (a) Kubus yaitu sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 6 bidang datar yang masing-masing berbentuk persegi yang sama dan sebangun atau kongruen. Yang mempunyai 6 sisi 12 rusuk dan 8 titik sudut serta diagonalnya sama panjang. (b) Balok yaitu sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 6 sisi datar yang masing-masing berbentuk persegi panjang yang terdiri dari mempunyai 6 sisi 12 rusuk dan 8 titik sudut. (c) Tabung yaitu sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 2 sisi datar yang berbentuk lingkaran dan 1 sisi lengkung yang berbentuk persegi panjang.

3. Peranan Media Bangun Ruang di Dalam Pembelajaran Matematika

Selain untuk mengkongkritkan konsep yang terdapat dalam pembelajaran, media bangun ruang dapat berperanan untuk memudahkan siswa dalam menerima materi luas permukaan bangun ruang. Penggunaan media bangun ruang ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Dengan kata lain, penggunaan media bangun ruang dalam pembelajaran matematika dapat memperbesar minat dan perhatian siswa.

Arnis Kamar ( ( 2002:18 ) fungsi media bangun ruang dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :

“ (a) Dengan adanya media siswa akan lebih banyak mengikuti pembelajaran matematika dengan gembira sehingga minatnta dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika. (b) dengan menyajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkrit, maka siswa pada tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. (c) Media dapat membantu daya titik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang, sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyata akan terbantu daya pikirnya agar lebih berhasil dalam belajar. (d) Siswa akan menyadari hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada disekitarnya. (e) Konsep abstrak yang tersaji dalam bentuk konkrit berupa model matematika dapat dijadikan objek penilaian.

Bedasarkan kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bangun ruang dalam pembelajaran matematika dapat membantu guru menjelaskan hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit sehingga siswa mudah belajar matematika.

Namun dalam pelaksanaan guru hendaknya memilih dan menggunakan media yang cocok untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, sehingga siswa dapat terlibat secara fisik, mental dan social, dalam pembelajara. Sejalan dengan pendapat para ahli diatas penulis, penulis akan menggunakan bangun ruang dalam kegiatan pembelajaran luas pemukaan adalah sebagai berikut.: (a) Mengamati model bangun ruang berongga, dan mode kerangka. (b) Memberi nama bangun ruang, dan mengguankan media bangun ruang berongga untuk menunjukkan sisi. (c) Menggunakan model kerangka untuk menunjukkan rusuk. (d) menghitung sisi, rusuk, dan titik sudut. (e) Mengukur pada model bangun ruang pada : rusuk, panjang, lebar, tinggi, jari-jari dan diameter. (f) mencari luas sisi bangun ruang. (g) Menemukan rumus luas permukaan kubus, balok, dan tabung, dan (h) Membimbing siswa menggunakan rumus-rumus debgab memberikan latihan-latihan. Dengan menggunakan media siswa dapat termotivasi sebagaimana Ivas K. Davles ( 1991:215 ) jika seseorang telah termotivasi maka ia siap untuk melakukan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan yang dikehendaki.

H. Prosedur Penelitian

Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau (siklus), sehingga diperoleh pembelajaran dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal tentang luas pemukaan bangun ruang di kls VI. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Tipa sikslus dilakukan 3 kali pertemuan. Pada setiap siklus terdapat rencana . tindakan, observasi dan refleksi.

Menurut Wardani ( 2002:1.4) PTK adalah Penelitian yang dilakukan guru dalam kelasnya dan berkolaboratif antara peneliti dengan praktisi ( guru dan kepala sekolah ).

Alur penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Siklus 1 :

Langkah-langkah yang digunakan adalah :

a. mengamati aneka bangun ruang

b. membri nama bangun ruang

c. menggunakan media bangun ruang untuk menunjukkan sisi. Rusuk, dan titik sudut.

d. Menghitung sis, rusuk, dan titik sudut

e. Megukur panjang, lebar, tinggi, diameter, dan jari-jari bnagun ruang.

f. Memberi nama sisi, rusuk dan titik sudut.

g. Mencari luas sisi-sisi bangun ruang.

h. Menemukan rumus luas pemukaan bnagun ruang

i. Latihan.








Siklus 2 :

Langkah-langkah yang digunakan adalah :

a. mengamati jarring-jaring bangun ruang

b. mengukur panjang masing-masing rusuk

c. memberi nama sisi pada jarring-jaring bangun ruang

d. menggunting jarring-jaring bangun ruang

e. membentuk beberapa macam model jarring bangun ruang

f. mengelompokkan sisi-sisi yang sebangun

g. mencari luas masing-masing sisi

h. menjumlahkan semua sisi

i. menggunakan rumus pencari luas pemukaan bangun ruang untuk menyelesaikan latihan .



Langkah-langkah PTK pada gambar 2.1 dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

1. Rencana

Menyediakan perangkat penelitian meliputi:

- Rencana pembelajaran yang berisikan tentang : (a). Pokok Bahasan, Sub Poko Bahasan (b). Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) (c). Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) (d). Sumber / Alat / Metode (e). Penilaian

- Lembar Observasi murid

- Lembar Kerja Siswa

2. Pelaksanaan Tindakan

- Meragakan aneka bangun ruang

- Menggunakan model bangun ruang berongga untuk menunjukkan sisi, dan titik sudut. Model kerangka untuk menunjukkan rusuk.

- Lima orang siswa kelas bergantian menghitung sisi, rusuk dan titik sudut dari model-model bangn ruang.

- Lima orang siswa kedepan kelas bergantian untuk menunjukkan rusuk, panjang, lebar, tinggi, jari-jari, dan diameter dari masing-masing bangun ruang.

- Lima orang siswa kedepan kelas mengukur rusuk, panjang, lebar, tinggi, jari-jari, dan diameter bangun ruang.

- Siswa mencari luas permukaan sisi bangun ruang.

- Melalui bimbingan guru siswa menemukan rumus luas permukaan kubus, balok dan tabung.

- Mengerjakan latihan dengan menggunakan rumus luas permukaan kubus, balok dan tabung.

3. Observasi

Pengamatan yang dilakukan pada siswa dalam menggunakan media bangun ruang adalah dengan menyediakan lembar pengamatan tentang :

Kegiatan Siswa, pada :

1. pendahuluan

meliputi : (a) Melengkapi alat tulis

(b) mengerjakan PR

2. Kegiatan inti

Meliputi : (a) Memperhatikan uraian guru

(b) Mengerjakan latihan tepat waktu

(c) Mengerjakan latihan dengan memahami rumus

(d) Berani bertanya

(e) Berani menjawab pertanyaan guru

(f) Kurang memperhatikan seperti bercanda, minta izin.

3. Penutup

Meliputi : merangkum pelajaran.

    1. Hasil Belajar

Observasi yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa adalah :

· Memdata hasil belajar siswa yang sudah mencapai hasil ≥ 6,5 dan yang belum mencapai 6,5.

· Menemukan kesulitan siswa dalam memahami dan menggunakan rumus luas pemukaan bangun ruang.

    1. Analisa

Bedasarkan kegiatan siswa dan hasil belajar siswa, maka hasil analisa peneliti dapat digambarkan pada refleksi.

4 . Refleksi

Berkaitan dengan hasil observasi tentang kegiatan dan hasil belajar

siswa di atas maka penelitian berkolaborasi dengan pengamat dan

menetapkan :

· Apa yang telah dicapai siswa dalam menggunakan rumus luas pemukaan bangun ruang.

· Apa yang belum dicapai siswa dalam menggunakn rumus-rumus bangun ruang.

· Apa yang perllu diperbaiki dalam pembelajaran dalam sikslus berikutnya.

b. Siklus II

1. Rencana

Menyediakan perangkat penelitian meliputi:

- Rencana pembelajaran yang berisikan tentang : (a). Pokok Bahasan, Sub Poko Bahasan (b). Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) (c). Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) (d). Sumber / Alat / Metode (e). Penilaian

- Lembar Observasi murid

- Lembar Kerja Siswa

2. Pelaksanakan Tindakan

- Siswa meletakkan jarring-jaring bangun ruang yang dibawa dari rumah masing-masing

- Siswa menukar jarring-jaringnya dengan teman sebangku

- Memperhatikan jarring-jaring bangun ruang yang dipajang guru didepan

- Masing-masing siswa mengukur panjang masing-masing rusuk bangun ruang

- Siswa menggunting jarring-jaring bangun ruang

- Siswa mampu menbentuk model jarring-jaring bangun ruang

- Siswa mengelompokan sisi-sisi yang sama dan sebangun

- Siswa mengerjakan perintah guru

- Guru membimbing siswa menggunakan rumus.

3. Observasi

Pengamatan yang dilakukan pada siswa dalam menggunakan media bangun ruang adalah dengan menyediakan lembar pengamatan tentang :

Kegiatan Siswa, pada :

2. pendahuluan

meliputi : (a) Melengkapi alat tulis

(b) mengerjakan PR

2. Kegiatan inti

Meliputi : (a) Memperhatikan uraian guru

(b) Mengerjakan latihan tepat waktu

(c) Mengerjakan latihan dengan memahami rumus

(d) Berani bertanya

(e) Berani menjawab pertanyaan guru

(f) Kurang memperhatikan seperti bercanda, minta izin.

3. Penutup

Meliputi : merangkum pelajaran.

4. Refleksi

Melalui hasil kolaborasi peneliti dengan pengamat serta hasil observasi maka peneliti menetapkan langkah berikutnya.

I. DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP

Depdiknas. 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cetakan Edisi Ke empat. Malang Pers

Ivor. K.Davies. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta CV Rajawali

Nana Sujana. 1989. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Bandung Ekonomi UI

Ruseffendi. 1996. Pendidikan Matematka 3. Jakarta: Depdikbud

Rahmanelli. 2005. Skolar Jurnal Kependidikan. Vol 6. Nomor 2. Padang. UNP

Sukahar. 1995. Matematika SD kelas VI. Jakarta. Depdikbud

Sulardi. 1996. Luas Bangun Datar. Jakarta. Erlangga

Tim Penulis. 1994. GBPP Kelas VI. Jakarta. Dirjen Pendidikan Dasar.

Tim Penulis. 1999. Suplemen GBPP Kelas VI. Jakarta. Pusat Penerbit UT

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana

Wiradikromo Sartono. 2003. Dimensi Tiga. Jakarta. Erlangga

Zainal Abidin. 2004. Evaluasi Pengajaran. Padang. UNP

Contoh Proposal PTK

Semoga contoh proposal ini dapat membantu Saudara dalam membuat tugas kelompok pembuatan proposal PTK.

Wednesday, August 6, 2008

SALAM

Buat seluruh mahasiswa akta IV FKIP UHAMKA angkatan 22

Mulai tanggal 31 Juli 2008 Saudara akan ditemani oleh Gufron Amirullah Amirullah, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Saya berharap semoga Saudara dapat menggunakan blog ini untuk kepentingan perkuliahan.

Penelitian Tindakan kelas

Pokok Bahasan : Konsep Dasar Penelitian Tindakan

Standar Kompetensi : Peserta dapat memahami konsep dasar

Penelitian Tindakan

Kompetensi Dasar :

1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan

2. Mengidentifiikasi karakteristik penelitian tindakan kelas

3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas

4. Merumuskan tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas

5. Melakukan kolaborasi pelaksanaan penelitian tindakan kelas

Materi

I. Konsep Dasar Penelitian Tindakan

Berbagai konsep tentang penelitian tindakan dapat diuraikan berikut ini:

a. Partisipatory Action Research

Biasanya dilakukan sebagai strategi transformasi sosial yang menekankan pada keterlibatan masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis problem sosial berbasis masyarakat.

Disini suatu rekayasa untuk perubahan sosial direncanakan, kemudian dilakukan, diamati dan dievaluasi/ dilakukan refleksi setelah berjalan selama jangka waktu tertentu.

b. Critical Action Research

Biasanya dilakukan oleh kelompok yang secara kolektif mengkritisi masalah praksis, dengan penekanan pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi, misal hal-hal yang terkait dengan ketimpangan jender atau ras.

Kelompok peneliti masuk dan bergabung dengan kelompok sasaran, untuk mengetahui lebih dalam berbagai hal yang menjadi fokus riset aksi, sambil melakukan tindakan yang telah direncanakan bersama kelompok sasaran


c. Institutional Action Research

Biasanya dilaksanakan oleh pihak manajemen atau orgnisasi untuk meningkatkan kinerja, proses dan produktivitas dalam suatu lembaga. Intinya juga tindakan yang berupaya memecahkan masalah-masalah organisasi atau manajemen melalui pertukaran pengalaman secara kritis.

Riset aksi dilakukan bersama konsultan yang memiliki keahlian di dalam melakukan tindakan perubahan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi atau manajemen

d. Classroom Action Research

Biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

Guru merencanakan perubahan yang akan dilakukan bersama dengan para siswa, bersama observer lainnya (jika ada) sambil melakukan observasi, dan proses belajar berlangsung sesuai dengan jadwal belajar seperti biasanya.

Aktivitas ini dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan berbagai cara, antara lain dengan penyediaan sarana/prasarana belajar, peningkatan kualitas guru, penambahan alokasi biaya, pengembangan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran untuk para guru, pengembangan ilmu melalui penelitian maupun berbagai kegiatan lainnya.

Pendidik pada waktu melaksanakan tugas sebagai guru dihadapkan pada tugas mengambil keputusan tentang bagaimana merencanakan pembelajaran, membimbing siswa, mengelola kelas, mengevaluasi dan berbagai banyak tugas lagi. Sebagai pendidik, guru dituntut untuk mengembangkan diri baik untuk diri sendiri maupun untuk pengembangan dan kepentingan peserta didik dengan berbagai cara. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan pengetahuan atau penyelesaian masalah pendidikan adalah dengan mengadakan penelitian khusus tentang pendidikan, atau penelitian mengenai berbagai kasus di kelas.

Pada kenyataannya masalah-masalah pendidikan saling berkaitan satu sama lain, misalnya: masalah kualitas pendidikan, kurangnya sarana/prasarana, kedisiplinan dan sebagainya. Kenyataannya kegiatan yang dilakukan oleh para guru/dosen dalam proses belajar mengajar sering kali mendapatkan banyak kendala yang ditimbulkan dari para peserta didik, misalnya kurangnya kemampuan dalam hal bertanya, menggunakan media elektronik sederhana, kelas yang pasif, penyelesaian tugas tidak tepat waktu dan lain-lain. Kendala tersebut seharusnya dipandang sebagai hasil interaksi antara guru dan siswa. Dari kondisi ini para guru seharusnya perlu melakukan suatu refleksi terhadap semua tindakan dalam rangka proses pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk selanjutnya guru dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang berkaitan dengan dirinya sendiri di kelas, sehingga akhirnya dari berbagai identifikasi masalah tersebut guru dapat memfokuskan pada masalah-masalah aktual yang perlu dicari pemecahannya dan yang mampu dalam jangkauan guru itu sendiri.

Selanjutnya dalam menangani persoalan-persoalan di kelas guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat/sesama guru untuk berkolaborasi sehingga kegiatan yang dilakukan dalam menangani masalah di kelas akan lebih baik dan terjadi penularan ( transfer learning) pengetahuan.

Pemecahan masalah-masalah di atas antara lain melalui penelitian tindakan kelas ataupun tindakan kelas kolaborasi. Hal ini juga sejalan dengan masa era globalisasi di mana para guru tidak lagi hanya dianggap sebagai penerima pembaharuan, akan tetapi mereka ikut bertanggung jawab dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran yang telah dilakukan terhadap proses pembelajarannya sendiri dengan beberapa cara antara lain: mengadakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Penelitian Tindakan Kelas sering disebut classroom action research, saat ini berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Kanada. Apabila dicermati kecenderungan baru ini mengemukakan karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau mengimplementasikan berbagai program di sekolahnya dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas, guru/pendidik langsung memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan diberikan oleh pihak lain, maka guru dapat menjadi “The Theorizing Practitioner”.

2. Ciri/Karakteristik Penelitian Tindakan

a. On the job problem oriented (Masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja peneliti/ yang ada dalam kewenangan/ tanggung jawab peneliti). Ini berarti masalah yang diteliti adalah masalah-masalah yang riil/nyata yang dihadapi sehari-hari. Kalau peneliti adalah seorang guru, maka masalah-masalah yang diteliti adalah masalah kelas/sekolah yang merupakan tanggung jawab utamanya. Sebagai contoh, classroom-based action research adalah jenis riset oleh guru yang berfokus pada masalah-masalah yang ada di kelas/sekolah. Ciri classroom-based action research ini diwarnai oleh pendekatan interpretivisme, yaitu orang paling tahu masalah-masalah kelas adalah guru itu sendiri, bukan orang lain (outsiders).

b. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). Penelitian-penelitian yang hanya menghasilkan pengertian/ pemahaman seperti pada riset empirisme dan interpretivisme dianggap tidak bermanfaat (meaniful), karena tidak memecahkan masalah.

c. Improvement oriented (berorientasi pada peningkatan kualitas). Action research menegaskan pentingnya masing-masing komponen dari suatu sistem organisasi itu berkembang (berubah lebih baik). Kalau sistem itu sekolah, maka komponen-komponen sekolah itu (guru, siswa, kepala sekolah, lingkungan kelas/sekolah) harus berkembang lebih baik. Konsep ini diwarnai oleh prinsip riset kritikal : penelitian harus menghasilkan produk perubahan (product oriented).

d. Multiple data collection (berbagai cara koleksi data dipergunakan). Untuk memenuhi prinsip critical approaches (kebenaran itu subyektif/problematik) berbagai cara pengumpulan data umumnya digunakan seperti: (a) observasi, (b) tes, (c) wawancara, (d) questionaires dan sebagainya. Semua cara ini difokuskan untuk mendapatkan validasi hasil riset, mengingat kebenaran (realitas) itu di samping subyektif juga problematik. Dengan penerapan semua cara koleksi data tersebut, apa yang sebenarnya disebut kebenaran/realita dapat lebih diungkap.

e. Cyclic (siklis) konsep tindakan (action) pada dasarnya diterapkan melalui urutan-urutan planning, observing, action dan reflecting secara siklus yang pada hakekatnya menggambarkan pemikiran kritis dan reflektif (critical/reflective thinking) terhadap efektivitas kepemimpinan atas tindakan. Dampak suatu tindakan tersebut selalu diikuti secara kritis dan reflektif.

f. Participatory (collaborative). Peneliti bekerjasama dengan orang lain (ahli) melakukan setiap langkah penelitian action research, seperti: planning, observing, thinking action dan reflecting. Ciri ini dipengaruhi oleh prinsip cricalisme, yaitu kebenaran/realita itu problematik sehingga pendekatan terhadap masalah harus partisipatory untuk meningkatkan pengamatan.

Ciri-ciri action research ini sekali lagi menegaskan bahwa action research berbeda dengan jenis riset empirisme ataupun interpretivisme. Dengan kata lain, masalah-masalah pengambilan populasi/sampel dan generalisasi (sebagai salah satu ciri utama riset empirisme) tidak dipersoalkan oleh action research. Penelitian jenis ini tidak ambisius mengeneralisasikan temuan (finding) tetapi lebih berfokus untuk menawarkan saran pemecahan masalah (not generalization but suggestion).

3. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993) ada 6 prinsip penelitian tindakan kelas, yaitu:

a. Pekerjaan utama seorang guru adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogianya tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada tiga kunci utama yang harus diperhatikan, yaitu :Pertama, Guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menemukan jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil yang kurang dikehendaki. Kedua, interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaaan kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi.

b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga tidak berpeluang menganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

c. Metode yang digunakan harus bersifat reliabel sehingga guru dapat mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada dasarnya, penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah tetap harus dipertahankan.

d. Masalah penelitian diusahakan berupa masalah yang tidak bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki komitmen terhadap pengentasannya.

e. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui oleh pimpinan lembaga , disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kajian ilmiah.

f. Menggunakan tindakan perspektiv kelas. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian sejauh mungkin harus menggunakan tindakan perspektiv kelas dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

4. Tujuan dan manfaat

a. Tujuan penelitian tindakan

Tujuan penelitian tindakan kelas, antara lain:

1) Untuk perbaikan dan atau peningkatan praktek pembelajaran

2) Peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses pembelajaran.

Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk perbaikan; yang harus dimaknai dalam konteks proses belajar khususnya, implementasi program sekolah umumnya; dengan sudut tinjauan yang lebih dititik beratkan pada sisi pengembangan staff, Borg (1986) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama ialah pengembangan ketrampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.

b. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Dengan tertumbuhkannya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa professional secara semakin mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan.

5. Prosedur Kolaborasi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Kolaborasi dilakukan dalam tahap-tahap:

a. Identifikasi dan perumusan masalah penelitian tindakan kelas harus terlihat bahwa masalah diidentifikasi secara kolaborasi

b. Susunan organisasi tim penelitian tindakan kelas adalah anggota penuh tim penelitian

c. Implementasi tindakan intervensi, peneliti bertindak sebagai aktor utama dan kolaborator terlibat dalam pengumpulan data untuk cross checking, dan bersama-sama melakukan refleksi sebelum dan sesudah pembelajaran.

d. Laporan hasil penelitian, secara formal guru yang berperan sebagai mitra tim peneliti sekaligus tim dalam penyusunan laporan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pokok Bahasan : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Standar Kompetensi : Peserta dapat memahami prosedur

penelitian tindakan kelas

Kompetensi Dasar :

1. Menetapan masalah penelitian

2. Merencanakan tindakan

3. Melaksanaan tindakan dan observasi Interpretasi

4. Menganalisis dan refleksi

Materi

1. Pemilihan Masalah Penelitian Tindakan Kelas

Pemilihan masalah dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari:

a. Identifikasi Masalah, merupakan tahap pertama dalam serangkaian penelitian. Oleh sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap penting dalam pelaksanaan riset. Kualitas riset pun dapat ditentukan oleh kualitas masalah yang diteliti. Masalah yang asal-asalan dapat menyebabkan pemborosan energi sebab riset tidak membawa temuan yang bermanfaat. Tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan classroom action research (CAR). Untuk itu beberapa langkah berikut dapat diikuti dengan seksama sebagai cara untuk menemukan masalah dapat diketahui dengan CAR:

b. Masalah harus bersifat riil dan on the job problem oriented, artinya masalah tersebut benar-benar ada sebagai masalah dan dibawah kewenangan seorang guru untuk memecahkannya. Selain itu, masalah datang dari pengamatan guru itu sendiri dan bukan dari pengamatan orang lain.

c. Masalah harus problematik, artinya masalah tersebut perlu dipecahkan. Tidak semua masalah pendidikan yang nyata adalah masalah-masalah yang problematik.

d. Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan memberi manfaat yang jelas/nyata. Untuk itu pilihlah masalah riset yang memiliki asas manfaat secara jelas.

e. Masalah riset CAR harus dapat dipecahkan. Bila dilihat dari sumber daya peneliti (waktu, dana, minggu efektif, dukungan birokrasi dan sebagainya) masalah tersebut dapat dipecahkan.

f. Identifikasi penyebab masalah, kemungkinan-kemungkinan penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan melalui brainstorming, analisis penyebab munculnya masalah dapat dijelaskan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, misalnya: (a) mengembangkan angket (b) mewawancarai siswa dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran adanya masalah yang dirasakan mengganggu proses pembelajaran. Bertolak dari kesadaran adanya permasalahan, guru baik sendiri mau pun dalam kolaborasi dengan teman sejawat yang menjadi mitranya kemudian menetapkan focus permasalahan secara lebih tajam dengan data lapangan ataupun kajian pustaka yang relevan.

Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat taraf : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting) yang dapat digambarkan sebagai berikut (Ahmad HP, 1999):


2. Perencanaan (Planning) Tindakan

a. Formulasi Solusi dalam bentuk Hipotesis Tindakan

Kegiatan planning terdiri dari proses identifikasi dan identifikasi penyebab masalah. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan penelitian tindakan kelas. Untuk menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru dapat melakukan:

1) Kajian teoritik di bidang pembelajaran

2) Kajian hasil penelitian yang relevan

3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya

4) Kajian pendapat dan saran pakar khususnya yang dituangkan dalam bentuk program

5) Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.

Dari hasil kajian tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah:

1) Rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian

2) Setiap alternatif tindakan perbaikan perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan teknis serta keterlaksanaannya.

3) Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang paling memberi peluang untuk mewujudkan hasil yang optimal

b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan adalah:

1) Implementasi akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru

2) Kemampuan siswa baik dari segi fisik, psikologis, sosial budaya maupun etik.

3) Fasilitas dan sarana pendukung

4) Iklim belajar di kelas

5) Dukungan pimpinan maupun rekan sejawat.

c. Persiapan Tindakan

Langkah-langkah persiapan dilakukan dengan memperhatikan hal berikut:

1) Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan bentuk-bentuk kegiatan siswa

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan

3) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan

4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan tindakan.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) dan Observasi-Interpretasi

a. Pelaksanaan Tindakan

Action tersebut dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-llangkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator saya? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelaksanaan ini, guru benar-benar harus terlebih dahulu memahami masing-masing siswa jangan sampai ada yang menjadi obyek tindakan. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar daripada laboratorium tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.

b. Pengamatan/observasi (Observing) dan Interpretasi

Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Efektivitas kepemimpinan atasan dari suatu intervensi terus dimonitor secara reflektif. Selain itu peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/ wawancara/observasi dan lain-lain).

Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti diskusi balikan (review discussion). Diskusi balikan akan bermanfaat jika:

1) Diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi

2) Dilakukan dalam suasana yang mutually supportive dan non threatening

3) Bertolak dari rekaman data

4) Diinterpretasikan secara bersama-sama

5) Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya.

3. Analisis dan Refleksi (Reflecting)

Reflecting adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi yaitu siswa, suasana kelas dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how) dan sejauhmana (to what extenct) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan-rekan akan memainkan peran sentral peneliti untuk mengetahui sejauhmana action membawa perubahan, kekurangan dan kelebihan, langkah-langkah penyempurnaan dan sebagainya. Untuk mendapatkan data-data itu semua, maka peneliti disarankan membuat learning logs (catatan reflektif dan kritis) setiap hari, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dapat dipotret setiap hari. Contoh perubahan-perubahan yang harus diamati yaitu perubahan yang terjadi pada diri siswa (hasil belajar, portofolio, perubahan sikap), guru (penguasaan kelas, rasa percaya diri, peningkatan ketrampilan) dan suasana kelas (penampilan kelas dan atmosfer kelas yang dapat menghasilkan interaksi yang akrab).

Apa yang terjadi bila pada siklus tersebut, peneliti belum merasa puas? alternatif pertama adalah guru dapat menyempurnakan intervensi sehingga pada siklus kedua dikembangkan intervensi yang sama dan lebih disempurnakan. Langkah-langkah sesuai dengan siklus pertama. Begitu seterusnya samapai peneliti merasa puas telah terjadi perubahan.

Sekalipun demikian dalam perjalanan dari siklus 1 à siklus 2 à siklus 3 peneliti mungkin belum merasa puas dan mungkin sadar bahwa identifikasi terhadap masalah akar penyebab dirasakan kurang pas, peneliti dapat mengulang lagi mencari akar penyebab dan kemudian mengembangkan bentuk intervensi sehingga pada siklus ke-4, ke-5 dan seterusnya intervensi yang dikembangkan berbeda.

Tugas/Latihan:

1. Identifikasi permasalahan yang terjadi di lingkungan kerja bapak/ibu.

2. Tentukan satu permasalahan yang dianggap paling krusial.Tentukan alternatif pemecahan masalah yang paling relevan.

3. Secara ringkas, susunlah prosedur pemecahan masalahnya sesuai dengan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pokok Bahasan : Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Standar Kompetensi : Peserta dapat memahami prosedur penyusunan penelitian tindakan kelas

Kompetensi Dasar :

1. Mampu menyusun proposal penelitian tindakan kelas

2. Mempresentasikan proposal penelitian tindakan kelas

Materi

1. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Sebagaimana telah diisyaratkan, hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah penelitian tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi yang memicu penyelenggaraan penelitian tidakan kelas atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau apabila perlu, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.

Dengan kata lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pangatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus kedua dengan prosedur yang sama seperti siklus kesatu, yaitu (perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi). Jika pada siklus kedua, permasalahan sudah terselesaikan, maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus ketiga. Namun jika pada siklus kedua, permasalahan belum terselesaikan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ketiga dan seterusnya.

Jadi, suatu siklus dalam penelitian tindakan kelas sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu jumlahnya, sebab sesuai dengan hakekat permasalahan yang kebetulan menjadi pemicunya, ada suatu penelitian yang cukup hanya dilakukan dalam satu siklus karena masalahnya dapat diselesaikan. Dengan demikian dapat dikatakan, banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas itu tergantung pada terselesaikannya masalah yang diteliti dan munculnya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan masalah itu. Di pihak lain, memang ada kemungkinan bahwa jumlah siklus tindakan perbaikan itu dapat diperkirakan sebelumnya berdasarkan bobot masalah yang dijadikan sasaran garapan penelitian tindakan kelas dengan mempertimbangkan kondisi siswa, guru dan faktor input dan proses lainnya (Sugiyanto, 1986)

Suatu proposal penelitian tindakan, memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah, kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data, teknik pelopor. Komponen-komponen penting dalam proposal penelitian tindakan umumnya mencakup:

a. Judul Proposal

Dalam judul; proposal sudah terlihat masalah yang diteliti dan intervensi (action) apa yang akan dilaksanakan.

b. Permasalahan

1) Deskripsi masalah

Masalah dideskripsikan secara jelas dan nyata, guru berwenang untuk memecahkan masalah yang mendesak untuk dipecahkan dan mudah dilaksanakan dilihat dari segi waktu, sarana prasarana dan daya dukung lainnya.

2) Identifikasi Penyebab Masalah

Identifikasi penyebab dilakukan dengan cara yang lebih sistematis, yaitu dengan proses kolaborasi dan digunakan alat koleksi data seperti angket, wawancara, analisis dokumen hasil ulangan.

c. Perumusan Masalah

Masalah dirumuskan dalam kalimat pernyataan dan secara jelas terlihat aspek-aspek: what, who, where, when, how/many/much.

d. Cara pemecahan

Cara pemecahan masalah harus menunjukkan akar masalah, bentuk intervensi yang diusulkan diuraikan dalam tahap-tahap planning, acting, observing dan reflecting.

e. Tujuan Penelitian

1) Tujuan umum

Uraian secara garis besar indikator keberhasilan secara umum

2) Tujuan Khusus

Tujuan yang diuraikan lebih rinci dan jelas sehingga tampak indikator keberhasilan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

f. Kerangka teoritik dan hipotesis tindakan

1) Kerangka Teoritik

Landasan teoritik tentang urgensi tindakan diuraikan secara jelas dalam dukungan pustaka terakhir.

2) Hipotesis tindakan

Hipotesis tindakan berisi pernyataan secara jelas tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi akar masalah yang didukung oleh kerangka teoritik.

g. Kemanfaatan hasil penelitian

Kemanfaatan hasil penelitian berisi uraian tentang hasil yang sangat potensial untuk memperbaiki pembelajaran dikelas.

h. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian diuraikan sesuai langkah penelitian tindakan, mencakup lebih dari satu siklus, tiap siklus menggambarkan intervensi yang jelas.

i. Pengembangan Instrumen

Perlu diuraikan jenis data yang akan dikaji serta instrumen apa yang cocok.

j. Analisis Data

Perlu diuraikan bagaimana data dikumpulkan, dicek validitasnya (melalui teknik triangulasi).

k.Penentuan Kolaborasi

Perlu dijelaskan identitas dan perannya.

l. Teknik Pelaporan

Perlu dijelaskan apa isinya dan tahap pelaporannya.

m. Jadwal Kegiatan

Diuraikan secara rinci tiap siklus.

n. Daftar Pustaka

Uraian pustaka yang selaras dengan kerangka teoritik yang tidak relevan tidak perlu dicantumkan.

2. Presentasi Proposal

Tugas/Latihan:

1. Buatlah/susun proposal penelitian tindakan kelas sesuai dengan permasalahan yang paling dianggap krusial oleh bapak/ibu.(tugas individu)

2. Presentasikan proposal penelitian tindakan kelas yang telah bapak/ibu rancang sesuai tugas dari dosen pembimbing/pengajar.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta.

Endang Sri Rahayu, 2006, Metodologi Penelitian (Khusus tentang Penelitian Kaji Tindak/Action Research), Jakarta: LAM-UNJ

H.P. Achmad, 2000, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Makalah

Lexy J. Moleong, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya

Mohammad Dimyati, 2000, Penelitian Kualitatif, Malang

Myrnawati, 2003, Metodologi Penelitian dalam Pendidikan (Bahan Ajar), Jakarta

Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen, 1990, Qualitative Research for Education. An Introduction to Theory and Methods, (Terjemahan Munandir), Jakarta

-------, Qualitative Research for Education. An Introduction to Theory and Methods, 1992.

Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Bumiaksara